Search This Blog

Wednesday, May 4, 2011

constraints faced by farmers in southeast asia

Farmers in Southeast Asia are often threatened with starvation,
when they routinely cultivate various crops.
This situation arises because they are under pressure to meet export targets and can not meet the personal needs independently.

This fact is noted in the discussion of agricultural sector in the ASIAN Civil Society Conference / ASIAN People's Forum (ACSC / AP), May 4, 2011, in Jakarta. The forum was followed by community representatives and activists from among the members of the Association of Southeast Asian Nations (ASIAN).

"The greatest burden of the farmers is that they are farming for export. While they do not have food security and ultimately often have to buy from the market, "said Arze Glipo, activists from the Asia-Pacific institutions on the Food Network Sovereignity, in a statement to the public.

Food security of farmers getting worse, especially since they themselves also tedesak land crisis that is now happening in Southeast Asia. Increasing population and expansion of the company often makes the farmers lose land and forced to work as contract laborers.

In Indonesia alone, according to the results of the discussion, foreign investors control of 1.3 million registered agricultural land, which often comes from forest land. These investors, according to the Indonesian Peasant Alliance (API), generally shifting the housing industry with their giant food industries.

While in the Philippines, food conglomerate which is affiliated with Malaysian investors invested U.S. $ 1 billion to develop 1 million hectares of rice and corn farms. World Food Programme also estimates 37 percent of children in Laos were severely malnourished.

Another threat for farmers in this region also comes from its member states plan to implement the ASIAN free trade system. Glipo declare free trade will create more and more farmers to grow food for export markets and also increasingly depend on getting their own food from the market. So they are also at the same time highly vulnerable to fluctuating food prices.

"The solution is simple. We must affirm regulations for investors in the land sector including foreign investors, "said Glipo. This means that ASIAN should implement land policy reform and more mengutamakannya small farmers to protect the right to food for all the people in Southeast Asia

Tuesday, May 3, 2011

ada apa dengan film indonesia

sekarang ini di indonesia tengah marak beredar film-film dengan genre horor
dengan sedikit bumbu2 porno.
yah inilah indonesia
untuk menarik lebih banyak penonton, produser berlomaba lomba membuat film buka-bukaan dengan melibatkan artis JAV
Sebut saja nama Miyabi dan Sola Aoi yang berasal dari Jepang. Serta yang terbaru adalah Sasha Grey asal Hollywood dan Terra Patrick. Tentu saja kehadiran mereka menimbulkan pro dan kontra di sana-sini.

Tetapi, hal itu tidak menyurutkan niat para produser untuk mengajak para artis tersebut menjadi pemeran utama dalam film yang mereka produksi.

Menurut Ody Mulya Hidayat, produser dari rumah produksi Maxima Picture yang membuat film 'Menculik Miyabi' dan 'Suster Keramas' mengaku pihaknya membawa artis-artis tersebut untuk membintangi film bukan sekedar mencari sensasi atau keuntungan semata.

Ody menambahkan ada beberapa alasan yang membuat dirinya memilih menggunakan artis-artis seperti Miyabi dan Sola Aoi.

"Pertama, kita jujur, karena kurangnya pemain nasional. Mereka rata-rata memiliki jadwal yang padat. Yang kedua karena kita ingin membuat film agar lebih berwarna. Dan yang ketiga dengan mengajak artis-artis luar, kita bisa membidik industri film Asia, paling tidak Asia Tenggara. Ini yang coba kita terapkan," kata Ody "

Lebih lanjut, Ody menambahkan jika para artis-artis itu dianggap memiliki magnet tersendiri yang diyakini dapat menarik perhatian penonton terutama untuk pasar Asia.

"Itu juga yang menjadi alasan kita. Jadi bukan sekedar cuma cari sensasi dan bukan nggak ada tujuannya," ungkapnya.

Lantas, apakah nama-nama artis porno itu menjadi jaminan kesuksesan untuk film-film yang dibintanginya?

"Mereka ada market-nya kok di sini. Dan sejauh ini oke-oke saja," ungkapnya.

Ody mengatakan sejauh ini film-film yang diproduksinya dengan memasang nama dan wajah-wajah para artis panas asal Jepang tersebut cukup mendapat perhatian penonton. Ia menceritakan film 'Menculik Miyabi' ditonton sekitar 750 ribu orang. Begitu juga dengan film 'Suster Keramas'.

"Paling tidak kita nggak rugi. Lumayanlah," ujarnya.
tapi coba kita lihat sisi positifnya
mungkin saja dengan bermain film di indonesia mereka pada akhirnya sadar dan tidak bermain film porno lagi
yah... smoga saja
tuhan punya sejuta rahasia