Angin masih berhembus. Butir-butir pasir masih beterbangan. Awan-awan hitam belum lagi pergi. Tangisan langit belum juga reda. Aliran darah kami masih deras walaupun ia tidak akan berhenti bertumpah. Bebatuan masih keras berbicara, saat kami memaksanya bicara. Kami kandung bebatuan itu, lalu kami sandang kalimat suci. Jernih mata kami memandang. Lelah sudah lama kami lupakan. Angan kami jauh menerawang kebelakang. Saat cahaya masih terang benderang. Saat matahari diatas cakrawala, mengambang. Diri-diri hangat. Senyum tak pernah habis. Hati tak pernah duka. Tunas-tunas tumbuh dibawah lindungan keperkasaan. Bunga-bunga mekar tanpa ada yang berani merenggutnya dengan paksaan. Pikiran melesat menembus batas angkasa raya. Cita-cita mulia menyelimuti dunia. Manusia aman sentosa tanpa cela. Mereka tak pernah berhenti membesarkan penciptanya.
Angan kami jauh menerawang kebelakang. Saat cahaya masih terang benderang. Saat matahari masih menyinari diri diatas cakrawala, mengambang. Kami jaga dia. Keringat dan darah rela kami persembahkan untuknya. Hanya dia yang akan memberi kami segala-galanya. Hanya dengan dia kami akan melawan semuanya. Dia diri kami. Dia nafas kami. Dia nyanyian hidup kami. Keringat dan darah pasti akan kami persembahkan untuk membelanya. Demi diri kami sendiri. Juga demi siapapun yang lahir setelah kami. Ratusan dunia tunduk. Ratusan tahun manusia takluk. Mereka hargai dan takuti kami, karenanya. Bumi jadi tempat yang megah. Dimana setiap jiwa terjaga dari dosa. Dimana setiap harapan punya tempat untuk diwujudkan. Dimana mawar-mawar merah dijaga kehormatannya. Dimana taman-taman bunga selalu semerbak mengharumi dunia. Saat orang lain gelap hitam, kami merajai dunia, karenanya. Saat orang lain buta, kami terang ditunjukinya. Ketinggian kami tak mungkin dijamah karena dia. Kami jaga dia. Segala yang kami punya rela kami persembahkan untuknya. Demi diri kami sendiri. Juga demi siapapun yang lahir setelah kami.
Waktu orang lain sesat, kami tetap lurus dirunjukinya. Waktu orang lain tak punya tempat bergantung, kami kokoh kuat ditopangnya. Mereka berdiri dengan pongah. Merasa iri dan tidak tahu diri. Mereka menghancurkan kami dari segala arah. Tapi dengannya, tak ada satupun mahluk yang mampu mengalahkan kami. Hingga suatu saat, perlahan-lahan, cahayanya mulai pudar menyinari dalam diri kami. Awan mendung turun mengitari kami. Semua mulai gelap. Hingga cahayanya pergi. Keagungan kami hilang. Kebesaran kami punah, karna salah kami sendiri. Bunga yang mekar hancur direnggut orang. Tunas-tunas yang tumbuh hancur dipotong parang. Mahluk sesat maju menyerbu kami dengan garang.
Dia sudah pergi, tak ada lagi dari diri kami. Sesuatu yang seharusnya kami sadari. Diri-diri kami diinjak-injak orang. Tak pernah lagi ada kemuliaan. Darah kami tak pernah berhenti ditumpahkan. Hanya karna tamak, iri dan kegilaan. Badan kami dikoyak-koyak. Gelap, sudah sempurna menyelimuti dunia. Cahanya sudah pergi tidak ada lagi sentosa. Harapan sudah putus, pupus mereka cabik. Nafas-nafas kami sudah tercekat dihambat mereka mahluk-mahluk sesat. Mereka berkeliaran. Liar nyala matanya. Darah dari senyumnya. Hunus belati ditangannya. Pongah mereka dalam tegaknya. Mereka merasa menang. Kegelapan akan terus mereka sebarkan, tanpa menyisakan walau satu cahaya saja. Mereka jahat. Sejahat iblis di neraka.
Satu hal......... cahanya tidak akan pernah hilang. Jika dia hilang dari diri-diri kami, kami akan menyalakannya lagi. Akan kami jaga dia. Akan kami serahkan nyawa, keringat dan darah kami padanya, demi diri kami sendiri. Juga demi siapapun yang ada setelah kami. Karna dia adalah kami. Dialah nyanyian hidup kami. Dialah nafas kami. Dia kekuatan kami. Dengannya, kami akan lawan semua. Angan harus dihentikkan. Bebatuan tidur dalam genggaman. Kalimat suci wajib kami junjungkan. Kami punya masa lalu yang cemerlang, yang akan kami kembalikan seutuhnya. Dengannya sebagai petunjuk jalan. Menerang dikegalapan. Hingga kemuliaan ada pada kami lagi. Kami menyongsong segalanya. Dengan dia sebagai kekuatan. Demi diri kami sendiri, juga demi siapapun yang lahir setelah kami.
Jernih mata kami memandang.............. lelah sudah lama kami lupakan....... kini saatnya untuk berjuang...... mengembalikan segalanya yang sudah lama hilang.......